Radio Butut Kakung Syamsuri

“Mari pilihlah saya, Bejo Sugiantoro. Kita bangun sama-sama, kota bunga kita ini. Kota Sido lumpur, agar menjadi kota berkembang dan semakin maju. Pilih saya dari Partai Mata Hati Rakyat Indonesia (Matahari) No 55, mari berjuang!” Siang hari yang begitu panas, suara seperti inilah yang keluar dari radio butut Kakung Syamsuri.
“Waduhhh….sekarang partai koq banyak sekali ya, sampai 55 partai, waktu masih muda rasa-rasanya cuma 3 partai, bikin orang bingung milih aja” gerundel dalam hati Kakung Syamsuri.
Lalu diputarnya kembali tuning radio butut bermerk sanyo miliknya itu, yang sejak tadi masih dalam gengganman tangannya.Inginnya sih mencari channel baru. Bosan dengan ucapan-ucapan calon wakil rakyat yang kadang hanya sekedar cuap-cuap saja, janji tanpa bukti, yang semuanya hanya rayuan gombal.
Setelah menemukan channel radio yang lainnya, selang beberapa menit, beda lagi
Kampanye di radio itu dari calon wakil rakyat lainnya, berbeda dengan yang awal “Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam dan kaya akan manusianya. Untuk itulah perlu dibangun memiliki kesadaran memiliki negara ini. Saya Jaka Kharisma Tholedo (JKT), dengan partai saya Partai Bangun Diri Bangun Negara Bangun Bangsa dengan lambangnya seorang kuli kontrak. Kita songsong negara dan bangsa ini, menuju kejayaan abadi. Contreng Partai Bangun Diri Bangun Negara Bangun Bangsa ( Partai BDBNBB) No urut 51.
Kakung Syamsuri tak tahan lagi mendengarkan semua omong kosong itu. Yang telah berulang kali dan tak dapat dihitung dengan jari. Lalu tiba-tiba dia telah mematikan radionya itu. Suadah menjadi kebiasaan, di hari-hari yang telah renta itu. Dilaluinya denagn memegang radio dan mendengarkannya saja. Hampir tiap waktu senggangnya. Selain mengerjakan pekerjaan rumah. Radio itu adalah radio yang dia beli 40 tahun lalu. Tu sekali kuno sekali. Tapi siapa sangka suaranya masih semerdu sewaktu beli pertama kali. Itulah kehebatan barang-barang tua.
@@@
Saat matahari telah berhijrah dari titik tegah ke titik barat. Udara yang awalnya panas, mulai terasa mendingin. Angin sepoi-sepoi semilir tubuh Kakung Syamsuri yang tua, namun tubuh lelaki berkepala lima itu terbilang cukup kuat. Bagaimana tidak, dikala tubuhnya yang semakin rapuh itu, masih saja mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, yang seharusnya tidak dia kerjakan lagi. Maklumlah dia sendiri, tak ada istri tak ada anak, tak ada saudara tak ada kerabat. Tapi dia tak merasa sendirian. Karena masih ada benda tua itu, radio butut yang selalu menemaninya.
Kakung Syamsuri menghidupkan lagi radio bututnya itu. Dia cari channel radio favoritnya, Dunia Fm. Kebetulan program acara sore ini, kesukaannya juga, tembang-tembang jawi. Setelah satu tembang telah di putar oleh si penyiar. Lagi-lagi, kampanye di radio lagi. “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Salam sejahtera selalu. Saya Abdul Kholifi. Dukung saya lagi. Beri saya kesempatan satu kali lagi. Empat tahun mendatang kita angkat derajat bangsa ini di mata dunia. Karena sesungguhnya, saat ini kita belum merdeka, ingat saudara-saudara kita belum……..” Kakung Syamsuri semakin menggerutu wajahnya, amarahnya tak tertahankan lagi, belum selesai kampanye itu dan ‘Gebruakkkkkkk………………….!!!!


@@@
Hari pemilihan umum akan dilaksanakan. Pagi sangat terang, Kakung Syamsuri duduk di teras depan, di atas kursi kayu tua. Termenung termehek-mehek sendiri. Dia sendiri, radio bututnya tak lagi menemani. Hari yang dulu selalu ceria, kini berubah sepi. Radionya tak mungkin dipakai lagi, telah hancur berserakan. Kini sisa-sisa itu dia kumpulkan di sebuah tempat. Tuk dia bawa kemana-mana. Kini tinggal kenangan.
“Pak Syamsuri, ayo pak kita berangkat. Sudah di tunggu pak…….ngomomg-ngomong mau nyotreng apa nich pak?” Suara itu membangunkan Kakung Syamsuri dari lamunan tentang radionya yamg telah rusak.
“Bilang aja, sama pak Rt saya gak mau milih, saya golput aja. Sekalian salam untuk calon-calon wakil rakyat itu, radio saya rusak gara-gara mereka semua. Makanya, aku gak mau milih mereka. Sepertinya ucapan mereka hanya omong kosong belaka, jadi nggak mungkin mengganti radio butut saya itu, iya nggak? Emangnya mereka setelah jadi wakil rakyat mau mengganti radio saya itu, mereknya sama, modelnya sama, pokoknya semua sama bin persis,mau ngga…….? Bisa nggak……?”Kerasnya suara Kakung Syamsuri, pun mengagetkan beberapa orang yang mengajaknya pergi ke TPS.
Mereka bingung,mereka bengong……….!?!?!?!?!?

6 pemikiran pada “Radio Butut Kakung Syamsuri

Tinggalkan Balasan ke Muhammad Rasyid Ridho Batalkan balasan