Kami Menghabiskan Malam Minggu


            Anak muda zaman sekarang biasa menghabiskan malam minggunya berdua dengan pacarnya. Mungkin bisa dikatakan tak afdhol bagi mereka jika tak berkencan (bahasa mereka) dengan pacar di malam minggu. Lain orang, pun lain sikap dan laku dalam menjalani hidup sesuai dengan tuntunan serta visi misi hidupnya di dunia.
Kami memang beda, bagaimana tidak? Kami telah lama belajar ilmu agama, memahami dan menelaahnya sepanjang hari. Sebagai santri, yang telah banyak banyak menempa hidup dengan ilmu agama, maka seharusnyalah kami tak hanya puas menghabiskan waktu hanya untuk menuntut ilmu, namun sekaligus menjalani hidup dengan mengamalkan apa yang telah diketahui. Dalam ilmu yang kami pelajari, Islam hanya membolehkan berdua dengan lawan jenis (khalwat) dengan yang telah sah menjadi pasangan hidupnya dengan pernikahan.

Malam minggu bagi kami, malam untuk terus melanjutkan perjuangan meraih mimpi dan asa, dunia dan surga. Pada suatu malam minggu, kami yang bergabung dalam KALAM (Komunitas Alumni Santri Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso di Malang) bukan menghabiskan dengan pasangan tak halal, tapi meluncur menembus dingin malam untuk takziyah ke seorang mahasiswa yang kuliah di STIT pondok almamater tercinta yang ibunya meninggal malam sabtunya.

Kami tidak sempat melakukan hak kami pada keluarga duka, yakni prosesi dari awal muslim meninggal sampai dikuburkan karena kesibukan masing-masing di kampus. Akhirnya, kami menyetujui untuk datang pada malam harinya saja, karena semua free ketimbang tidak datang sama sekali. Saya, tiga kakak kelas di pondok (Mu’in, Muthoin, dan Sukardi), dan 4 adik kelas saya di pondok (Ajun, Munahar, Hanif dan Udin) menembus dinginnya malam hanya memakai 3 sepeda, sedikit nekat memang.

Setelah sampai di tempat tujuan, kami semua langsung mengucapkan turut berbela sungkawa yang dikomandoi oleh ketua rombongan, Kak Mu’in. Tahu kami datang, anak ibu yang meninggal pun menyambut kami dengan senyum tak terpaksa namun jelas ada bekas air mata duka di pelupuk matanya. Kami masuk ke ruang tamu dan duduk dengan alas karpet. Di sana juga masih banyak kerabat keluarga duka.

Kematian selalu mengingatkan tentang kepastian tenggat waktu hidup kita di dunia yang masih misteri. Anak almarhumah mengatakan, ibunya baru sehari di rumah sakit namun dengan segera meninggalkan dia dan keluarga. Ada rasa sedih tak terkira, jika ditinggal orang tercinta. Terutama belum mampu melunaskan bakti kita menghadiahkan permintaannya selama dia masih hidup. Sehingga menorehkan sesal yang mendalam.

Ada banyak hal yang kami dapatkan dalam malam takziyah sekaligus silaturahmi malam itu. Semakin mengingat bayang-bayang kematian yang selalu mengintai, kasih sayang ibu dan kewajiban kita berbakti padanya. dan termasuk hal yang paling enak menjadi guru ternyata terlihat ketika meninggal. Cukup dengan fasilitas jejaring sosial, maka hampir semua murid almarhumah dari berbeda angkatan datang untuk takziyah bahkan turut membantu keluarga duka. Maka bukan dusta, bahwasanya segala perintah Allah akan memberikan kebaikan dan hikmah baik yang tersurat dan tersirat.

Pesta Buku di Hari Buku

Banyak yang tidak tahu tanggal 23 April merupakan Hari Buku Sedunia. Sejarahnya  pada tanggal tersebut  Cervantes, Shakeaspeare dan Inca Garcilaso de la Vega meninggal dunia. Maka, tanggal tersebut menjadi simbol bagi dunia sastra. Akhirnya,  sebagai bentuk apresiasi terhadap sastrawan dan pengarang yang telah banyak memberikan kontribusi terhadap kehidupan sosial dan kultural manusia,  tanggal ini dijadikan sebagai Hari Buku Sedunia.

            Namun, sangat beda bagaimana perayaan masyarakat terutama anak muda dalam merayakan Hari Buku Dunia dengan hari-hari lainnya seperti Valentine atau April Mop. Hari Buku lebih sepi daripada kedua hari tersebut yang sejarahnya masih tak jelas dan manfaatnya pun tak tahu ke man juntrungnya. Mungkin, hal ini pula disebabkan semakin menurunnya minat baca anak bangsa, sehingga perhatian terhadap buku kurang bahkan tak ada.

Meski begitu, masih ada pula mereka yang ingin merayakan Hari Buku dan membangkitkan minat membaca anak bangsa. Dari penerbit besar maupun kecil, penulis, mahasiswa, bahkan toko buku online pun membuka toko offline sementara dalam menyambut Hari Buku. Salah satunya toko buku online BakulBuku.com.

Mereka membuka toko buku offline di beberapa kampus di Jogjakarta dan Malang, dengan tema Bakul Buku Road to Kampus. Bakul Buku membuka bazaar antara lain di UIN Sunan Kali Jaga Jogja, UII Jogja, UGM Jogja, UIN Maliki Malang, Unibraw Malang, dan Unmuh Malang.

Pada tanggal 23-26 April 2012 lalu Bakul Buku mengadakan bazaar buku di Universitas Muhammadiyah Malang. Bekerjasama dengan UPT Perpustakan dan Informasi Universitas Muhammadiyah Malang, Bakul Buku membuka bazarnya di depan perpustakaan pusat UMM dengan dua meja panjang yang diletakkan di atasnya full buku.

Sejak hari pertama mahasiswa UMM memberikan  respon yang sangat terhadap bazaar buku yang diadakan oleh Baku Buku. Karena Bakul Buku banyak menyediakan buku-buku terbitan penerbit Jogja yang aksesnya masih jarang di toko-toko buku di Malang. Selain itu pula Bakul Buku menjual buku-bukunya dengan harga paling murah lima ribu rupiah dan memberikan diskon hingga empat puluh persen bagi pembeli.

Bazaar buku ini dijaga oleh tiga orang yang statusnya masih mahasiswa. Salah satu penjaga bazaar buku tersebut Latif yang masih berstatus mahasiswa akhir UIN Maliki Malang mengatakan, bahwasanya Bakul Buku  adalah toko buku online yang berpusat di Jogja. Karena dia kenal dengan pengusaha di Bakul Buku, maka dia pun memiliki keinginan membuka semacam cabang Bakul Buku di Malang. Keinginannya selain usaha mendapatkan penghasilan yakni juga memudahkan akses buku-buku terbitan buku Jogja bagi mahasiswa di Malang.

Setidaknya, bazaar buku ini mengisi sekaligus memperkenalkan Hari Buku Dunia yang masih jarang dikenal mahasiswa yang katanya berintelektual, apalagi masyarakat awam. Semoga dengan adanya usaha kecil ini menjadi pembangkit gairah baca anak-anak bangsa. Agar kedepan bangsa ini semakin maju peradabannya. Karena, buku adalah jendela peradaban.