Tradisi Membaca Referensi Pertama


Dimuat di Harian Surya 27 April 2012

                Menjadi penulis memang harus sabar. Bersabar menjalani proses, sabar mencari referensi, sabar ketika buku tak laku, sabar, sabar dan sabar yang banyak bagi penulis. Seorang penulis ketika telah berniat untuk berjuang di dunia literasi, maka ia pun harus menerima konskuensi yang akan di dapatkannya.

Untuk membuat tulisan yang baik penulis membutuhkan acuan atau referensi dari penulis-penulis pendahulu. Hal itu bukan hanya sekedar embel-embel tulisan berbobot, tetapi memang begitulah inspirasi ada berkat membaca dan tentu penulis masa sekarang membaca karya penulis-penulis sebelumnya.

Contohnya, penulis Islam menuliskan tentang adab muamalah seorang muslim, maka dia akan merujuk pada ulama penulis Islam zaman dahulu yang terkenal. Dari penulis hadits shahih bukhari, shahih muslim, Imam Syafi’I, Ibnu Sina, Ibnu Qoyyim Aljauziah, Imam Ghozali, Ibnu al-Jauzi dan lainnya. Mereka membaca dan menela’ah buku-buku pendahulunya, setelah mendapatkan pemahaman dan inspirasi maka barulah mereka menuliskannya kembali.

Dalam keadaan santai bersama ustadz Sholikhin Abu Izzudin penulis buku best seller Zero To Hero, beliau berkata pada saya untuk menjadi penulis itu harus kembali mentradisikan membaca karya-karya monumental ulama penulis terdahulu. Kalau misalnya kita menulis sebuah artikel atau buku merujuk pada buku karangan Syaikh ‘Aidh Al Qarni, maka akan lebih baiknya kita membaca dan merujuk dari buku-buku rujukan ‘Aidh Al Qarni dalam menulis buku tersebut. Dengan itu kita akan lebih tahu dan terbuka wawasan wacana kita.

Sayang saat ini tradisi tersebut sangat jarang dilakukan oleh penulis saat ini. Mereka lebih memilih karya-karya penulis senior yang masih dekat jaraknya dengannya agar lebih mudah memahami. Namun apa, yang dihasilkan tentu tak maksimal. Memang jika kita langsung merujuk pada karya ulama-ulama terdahulu tulisannya perlu memahami beberapa kali, tetapi dengan itu hasil karya kita pun akan lebih berisi nantinya.

Dalam sesi wawancara Sinta Yudisia penulis novel best seller seperti The Road To The Empire, pun mengatakan bahwasanya hal yang banyak dia korbankan untuk menulis yaitu untuk mencari referensi, yang terkadang mahal, sulit mencarinya, belum lagi membaca dan menelaah karya tebal-tebal yang kadang membosankan. Referensi memang menjadi salah satu prioritas bagi penulis yang ingin menghasilkan karya yang baik.

Sekali lagi menjadi penulis memang membutuhkan energi kesabaran yang ekstra. Karena memang menjadi penulis itu perjuangan, maka ada sebuah konskuensi yakni harus siap berkorban. Sejatinya, perjuangan adalah kumpulan dari pengorbanan yang diusahakan agar tercapai puncak perjuangan yang diinginkan. Kalau mau menjadi penulis yang baik, maka mari mulai mentradisikan membaca buku-buku rujukan penulis monumental.

Nasyid Memang Asyik


*dimuat di harian surya 5 April 2012

Jika masih banyak orang yang belum tahu nasyid itu apa, maka sekarang saya akan beritahu apa itu nasyid. Nasyid adalah salah satu genre musik dunia yang di Indonesia sudah diresmikan. Genre ini adalah genre musik islami yang lebih modern dari hadrah atau qosidah. Bahkan di negeri tetangga “jiran” genre musik ini menjadi musik yang menjadi musik saingan pop melayu dan sangat diapresiasi oleh pemerintah di sana.

Di Indonesia nasyid awalnya banyak berkembang dengan gaya acapella, bahkan sampai sekarang pun banyak. Acapella menjadi khas nasyid yang ada di Indonesia, walaupun masih banyak juga grup nasyid Indonesia yang memakai musik arransement. Dengan accapella nasyid menjadi lebih unik dan beda dengan musik bergenre lain.

Nasyid di sebagian kalangan masyarakat sudah tidak asing lagi. Bahkan di sekolah-sekolah yang memiliki ekstrakurikuler Remaja Masjid (Remas) atau Kerohanian Islam (Rohis), hampir dipastikan ada juga grup nasyid buatan mereka. Namun, memang tak pelak banyak juga yang masih asing jika mendengar nama nasyid, yang mereka tahu musik yang demikian namanya musik islami atau religi.

Di Indonesia, nasyid memiliki banyak lembaga yang menaunginya, seperti Asosiasi Nasyid Nusantara (ANN) dan Forum Silaturahmi Nasyid Indonesia (FSNI). Kedua lembaga nasyid ini biasanya berfungsi sebagai penyelenggara lomba-lomba nasyid, koordinator antar nasyid di masing-masing propinsi dan kota, juga sebagai penyelenggara konser nasyid dan lainnya.

Di Malang sendiri, ada cukup banyak grup nasyid yang berdiri mulai grup yang terdiri anak SMA, mahasiswa dan yang sudah bekerja, baik grup laki-laki atau wanita. Dengan itu kami bersama senior nasyid pertama di Malang sekaligus di Indonesia “Suara Persaudaraan” Pak Ikmal, berniat membuat lembaga semacam ANN atau FSNI yang fokus memayungi grup-grup nasyid yang ada di Malang Raya.

Akhirnya, kami berkumpul di rumah Pak Ikmal untuk membicarakn hal ini lebih serius. Awalnya kami akan menginap semalam di daerah tengger , di sebuah musholla kecil di sana. Tapi karena hujan yang tak kunjung reda, kami akhirnya terpaksa mengurungkan niat itu dan membicarakan hal ini di rumah Pak Ikmal saja.

Sebagai senior Pak Ikmal kami pilih sebagai Pembina lembaga ini. Kemudian kami bermusyawarah mau kami beri apa nama lembaga ini, setiap orang memberi usulan nama. Akhirnya, terpilihlah nama yang kami setujui bersama yakni, Ikatan Insan Nasyid Malang Cemerlang (IINMAC).

Setelah itu kami meneruskan membuat struktur dan AD/ART lembaga kami yang nanti akan dilegalkan secara hukum. Secara garis besar beberapa yang akan kami lakukan adalah mengadakan pelatihan terprogram dan memakai buku panduan, untuk seluruh grup nasyid di Malang Raya. Selain itu sebagai bukti adanya kami di khalayak, insya Allah kami akan mengadakan konser-konser nasyid sekitar tiga bulan sekali. Inilah bentuk syiar kami, agar nasyid semakin diterima oleh khalayak ramai. Karena mungkin masih banyak yang tidak tahu, ternyata nasyid itu memang asyik.

Lomba Menulis Surat Untuk Dahlan & Jokowi

Masih segar dalam ingatan ketika Dahlan Iskan, mantan mentri BUMN ‘mengamuk’ di pintu Tol. Beritanya menyebar secara luas dan berhasil menjadi trending topic di berbagai social media.Spontanitasnya dianggap pro-rakyat. Sebelumnya, Dahlan Iskan memang sudah cukup terkenal dengan pribadi sederhana seperti menggunakanan fasilitas KRL dan ojek. Pengawal pribadi-pun hanya satu. Nama Dahlan Iskan disebut-sebut pantas menduduki jabatan presiden.

Sosok lain yang tak kalah populer adalah Jokowi. Seorang pengusaha Meubel asal kota Solo yang berhasil menjadi walikota dalam dua periode ini juga mempunyai pembawaan sederhana. Jokowi tak pernah mengambil gajinya sebagai walikota. Daftar panjang kesuksesannya seperti relokasi PKL tanpa kerusuhan dan renovasi pasar besar-besaran membuatnya menang mutlak (lebih dari 90%) pada pemilihan kedua. Bahkan saat ini beredar wacana pencalonan Jokowi sebagai walikota Jakarta. Hal tersebut membuktikan bahwa rakyat mulai memiliki harapan terhadap masa depan bangsa ini.

Yuk!! Ikuti event Lomba Menulis Surat Untuk Dahlan & Jokowi yang diadakan 1-30 April 2012. Kalian bebas menuliskan aspirasi untuk kedua sosok kharismatik itu. Kalian bisa menuliskan harapan, kritik, atau saran misalnya seekspresif mungkin.
Caranya?
Buat tulisan min 3 hlmn A4 (tidak ada batas maksimal), font times new roman 12, spasi 1,5 margin 3-3-3-3 dengan format surat. Lengkap dengan tempat dan tanggal penulisan.
Satu surat untuk satu orang. Pilih salah satu, Jokowi atau Dahlan Iskan.
Satu peserta hanya boleh mengirim maksimal 2 surat.
Tulis biodata lengkap di bagian bawah surat. Nama, alamat, email, tmpt tgl lahir, profesi, dan no Hp yg bisa dihubungi. Boleh dilengkapi foto diri. Informasi yang sangat pribadi seperti alamat dan no HP tidak akan dicantumkan dalam buku pemenang lomba.
Kirim ke eventleutika@hotmail.com dengan SUBJEK: LOMBA SURAT UNTUK PEJABAT #1 sebelum 1 Mei 2012.
Download Banner Lomba, dan informasi mengenai lomba ini. Upload di akun FB masing-masing peserta dan tag 25 orang teman.
Naskah yang persyaratannya TIDAK LENGKAP atau TIDAK SESUAI FORMAT (termasuk Subjek email) akan DIDISKUALIFIKASI.
HADIAHNYA?
Untuk 30 naskah terpilih akan diterbitkan oleh LeutikaPrio. Masing-masing pemenang mendapat PAKET BUKU Senilai Rp 150.000,- dan voucher penerbitan Senilai Rp 250.000,- yang dikirim segera setelah pengumuman pemenang pada 15 mei 2012.