Asyiknya Menulis Resensi

Contoh Resensi saya atas buku Sekali, Hidup Sepenuh Hati di Majalah Motivasi Nasional Milik Andrei Wongso Edisi Nopember
Contoh Resensi saya atas buku Sekali, Hidup Sepenuh Hati di Majalah Motivasi Nasional Milik Andrei Wongso Edisi Nopember

Mungkin banyak orang yang menganggap bahwa menulis resensi buku, tidak memiliki keistimewaan. Karena hanya menulis dan mengomentari karya orang. Dulunya saya pun menganggap begitu. Dulu saya menganggap menulis resensi buku tidak wow, ketimbang menulis puisi, cerpen atau artikel di media massa. Saya kadang juga menulis resensi buku, tapi gak sering seperti sekarang. Dulu menulis resensi buku karena iseng setelah baca satu buku, karena buku yang dibaca bagus sekali versi saya.

Ada kakak kelas saya di pondok yang mengatakan bahwa menulis resensi buku itu enak, dapat buku dan fee juga. Saya waktu itu kurang respon. Kemudian ada teman fesbuk seorang penulis yang mengatakan bahwa menulis resensi buku itu enak, bisa dapat buku gratis. Dia memperlihatkan buku-buku yang dia dapatkan secara gratis dari penerbit. Nah dari itu, saya akhirnya penasaran!

Saya pun mencoba menulis resensi buku sekaligus pede mengirimkannya ke media. Setelah beberapa lama, dimuatlah satu persatu, Alhamdulillah. Saya pun ketagihan untuk menulis resensi buku. Ini alasannya, pertama karena dapat buku gratis dari penerbit, kadang lebih dari satu buku bisa sampai lima buku lebih dari satu kali meresensi. Kedua, saya dapat fee baik dari media ataupun penerbit. Bahkan, waktu masih di Malang saya juga dapat honor apresiasi dari Kemahasiswaan. Asyik ya! 😀

Selain itu asyiknya meresensi adalah bisa jadi ajang berkenalan dengan penulisnya. Asyiknya juga kenal dengan marketing penerbit, setelah kenal biasanya mereka akan mengundang kita jika ada kegiatan penerbit atau lagi liburan ke tempat yang kita tempati. Beberapa kali saya bertemu dengan marketing penerbit yang lagi ada kegiatan di Malang atau lagi liburan ke Malang. Nggak hanya sekedar bertemu, ngobrol, selfie aja, biasanya juga dapat bingkisan dari mereka. Kadang buku aja, kadang buku plus kaos, cangkir, goodie bag. Asyik kan? 😀

Ada lagi nih yang asyik bagi saya, karena menulis resensi buku saya jadi bisa terbang ke Jakarta gratis PP. Waktu itu, tepatnya 22 Desember 2013 saya terpilih jadi pembicara di acara Gagas Media, Kumpul Penulis dan Pembaca 2013. Saya diminta  mengisi talkshow tentang menulis resensi buku. Saya nggak nyangka awalnya. Alhamdulillah, rejeki. Asyik nggak nih? 😀

Di awal Ramadhan tahun lalu saya juga diundang Penerbit Mizan ke Jakarta untuk menghadiri acara mereka. Saya diberi uang untuk tiket kereta PP. Ini nih rejeki jadi peresensi buku! Saya mulai aktif menulis resensi buku sejak tahun 2012, sampai saat ini buku gratis saya sudah 500an buku lho, Alhamdulillah wa asyik kan? 😀

Gimana, pengin menulis resensi buku? Bingung mau nulis resensi itu gimana? Saran saya cob abaca contoh-contoh resensi yang ada di media massa atau blog, Cuma gunakan teori ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Kalau masih sulit, coba Ini nih pengalaman saya dalam menulis resensi:

  1. Memilih buku baru untuk diresensi. Misalnya sekarang tahun 2015, kita pilih buku-buku terbitan tahun 2015. Karena semua media cetak hanya memuat resensi buku yang baru. Kalau media online ada juga yang memuat resensi buku-buku lama.
  2. Membaca buku sampai selesai dengan teliti dan serius. Jangan sampai ada kata yang terlewatkan. Catat apa-apa yang penting dalam buku yang kiranya akan dimasukkan dalam resensi, selain itu juga bisa menulis kesalahan tulis kata, EYD, tanda baca.  Juga kata-kata atau kalimat yang menarik yang mungkin bisa dijadikan menjadi salah satu paragraf dalam resensi. Kalau malas menulis, saat ini ada panahan yang bisa ditempel ke buku, untuk menandai bagian-bagian yang akan dimasukkan dalam resensi. Manfaat panahan juga agar buku tidak perlu dilipat, sehingga tidak rusak.
  3. Selesai membaca segeralah untuk menulis resensinya, agar tidak kedahuluan resensor lain menulis resensi buku yang sama. Ini bukan tidak mungkin, dan ini cukup sering saya alami, kedahuluan orang.
  4. Cara saya menulis resensi:
  5. Jika buku kumpulan tulisan dengan satu tema sama, saya meringkas semua tulisan itu sebagai isi resensi. Kadang pula saya hanya mengambil beberapa bagian yang menarik untuk saya ceritakan dalam resensi. Jika novel, saya menceritakan dengan singkat isi novel.
  6. Karena resensi buku tidak hanya sekedar mereview sebuah buku. Maka di dalamnya juga ada sanjungan kelebihan sebuah buku, kritik dan saran terhadap sebuah buku. Juga perbandingan dengan buku bertema sama yang ditulis penulis lain, buku-buku yang ditulis oleh penulis yang sama. Termasuk juga resensi resensor lain tentang buku yang kita resensi di media lain mungkin ada kesalahan resensi atau kesalahan pengambilan data dalam buku yang dia resensi, maka kita perbaiki dalam resensi yang kita tulis.
  7. Soal judul memang biasanya agak lama saya berfikir mencari yang menarik. Karena kepala tulisan menjadi awal sebuah resensi akan dibaca atau tidak. Biasanya saya mengambil salah satu sub judul di kumpulan tulisan yang saya resensi. Biasanya juga mencari tema pokok sebuah buku yang diracik menjadi judul yang menarik.
  8. Setelah jadi kirimlah ke media cetak dahulu, kemudian jika lama tak ada kabar kirimlah ke media online saja. Cukup banyak media online yang menerima naskah resensi dari penulis lepas. Tapi alangkah baiknya, kirim ke media cetak terlebih dahulu, karena banyak sekali media cetak yang menerima resensi saat ini.
  9. Nah, bila sudah ada resensi kita yang dimuat di sebuah media, baik cetak atau online. Kirimlah email ke email penerbit buku yang Anda resensi. Dengan isi bahwasanya resensi karya Anda tentang buku terbitan penerbit tersebut dimuat di media blab la bla. Misal ini yang biasanya saya kirim:

Kepada: Yth. Penerbit Metagraf (Tiga Serangkai) Pak Kurniawan. di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bersama ini penulis kirimkan link http://annida-online.com/artikel-6468-pengusaha-emperan-penghasilan-milyaran.html Resensi yang berjudul Pengusaha Emperan Penghasilan Milyaran yang dimuat di Annida Online 19 Desember 2012. Saya sertakan juga softfilenya.

Resensi tersebut merupakan resensi atas buku terbitan Metagraf, yang berjudul: Emperpreuner, karya Wahyu Liz Adaideaja. Besar harapan penulis, pihak Tiga Serangkai dapat melanjutkan kerjasama dibidang peresensian ini. Untuk itu penerbit dapat mengirimkan buku terbitan terbaru kepada penulis untuk diresensi atau dalam bentuk yang lain. Gajah Mada yang 1,2,3 kalau ada boleh yang lain juga. Terima kasih 🙂

Berikut biodata saya, bila diperlukan:

Muhammad Rasyid Ridho

Alamat Jln Myj Panjaitan No 26 Dabasah Bondowoso Jawa Timur

No Hp: 085933138891

No Rek BNI cabang UMM an M.Rasyid Ridho 02027*****

Demikian surat ini penulis sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya penulis sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Salam Hormat, Peresensi,

Muhammad Rasyid Ridho

  1. Terakhir, Taraaa! selamat menunggu kiriman buku gratis sampai ke rumah Anda.

Yup, saya kira ini yang bisa saya bagi kepada teman-teman sekalian, silakan jika ada pertanyaan. Jika bisa saya akan jawab 😀

berkaitan dengan dua artikel lain saya.

1. https://ridhodanbukunya.wordpress.com/2012/12/30/mau-dapat-buku-gratis-tulislah-resensi/

2. https://penulispembelajar.wordpress.com/2013/11/20/daftar-media-yang-menerima-resensi-buku/

*pernah menjadi bahan diskusi di grup kompilasi 50 hari Pak Nassirun Purwokartun.

Daftar Media Yang Menerima Resensi Buku

1.       Bisnis Indonesia                                                              : redaksi@bisnis.co.id rubrik resensi di hari minggu. Ada honor. – Kabarnya media ini sudah sulit diakses, kalau bisa mengirim ke media lain saja.

2.       Jateng Pos                                                                         : jatengpos@yahoo.co.id rubrik resensi di hari minggu. Tidak ada honor.

3.       Koran Jakarta                                                                   :  opini@koran-jakarta.com subjek: Perada terbit tiap hari kecuali minggu ada honor.

INFORMASI KETENTUAN NASKAH PERADA

YTH Bapak/Ibu
Pengirim Perada
Dengan hormat,
Terima kasih telah berkenan mengirim resensi ke Koran Jakarta. Untuk selanjutnya, mohon berkenan melengkapi (jika belum lengkap) klausul berikut ini:

A SETIAP KALI mengirim resensi dimohon SELALU menyertakan:

1. Kartu Identitas (KTP)
2. Nomor kontak yang dapat dihubungi
3. Foto diri
4. Nomor rekening
5. Pendidikan terakhir

B Tentang tulisan

1. Panjang minimal 4.000 karakter (dengan spasi).
2. Orisinal
3. Komprehensif dalam mengupas
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
5. Menggunakan logika bahasa yang mudah dicerna
6. Tidak salah ketik
7. Menyertakan kutipan-kutipan buku
8. Menyertakan cover buku
9. Buku tahun ini
10. Buku di atas 200 halaman

Perada dikirim lewat opinikoranjakarta@yahoo.co.id,opinikoranjakarta@gmail.com

Salam dan hormat

Redaksi

4.       Harian Bhirawa                                                                : harian_bhirawa@yahoo.com  rubrik resensi di hari jumat, tidak ada honor.

5.       Radar Surabaya                                                               : radarsurabaya@yahoo.com  rubrik resensi di hari minggu. Ada honor.

 

7.        Malang Post                                                                     : redaksi@malang-post.com       rubrik resensi di hari minggu. Tidak ada honor.

 

8.       Koran Madura                                                                 : opini.koranmadura@gmail.com  subjek:  Budaya  rubrik resensi di hari jumat, tidak ada honor. – Koran Madura saat ini menjadi media online.

 

9.   Majalah Luar Biasa                                                         : redaksi@majalahluarbiasa.com Ada Honor. – Kabarnya media ini sudah tidak terbit.

10.   Tribun Jogja                                                                      : redaksi@tribunjogja.com subjek: Pustaka  rubrik resensi di hari minggu. Tidak ada honor.

 

11.   Annida Online                                                                  : majalah_annida@yahoo.com – sudah tidak ada rubrik resensi.

12.   Wasathon.com                                                                : wasathon@gmail.com

13.   Rimanews.com                                                                : rimanews@gmail.com

14.   Dakwatuna.com                                                              :  dakwatuna@gmail.com

15.   Majalah Walida                                :  walida_pwa@yahoo.co.id ada honor

16.   Majalah Matan                : matan_pwm@yahoo.com ada honor

17.   Lampung Post                                                                                 :  redaksilampost@yahoo.com  lampostminggu@yahoo.com rubrik resensi di hari minggu, ada honor.

 

18.   Metro Riau                                                        : metro_riau@ymail.com  rubrik resensi di hari minggu. Tidak ada honor.

19.   Riau Pos                                              :  amin_ripos@yahoo.com

20.    Madura Channel.com                  : lembayung_88@yahoo.com

21.    MediaMahasiswa.com                                : artikel@mediamahasiswa.com

22.  Harian Singgalang                  : hariansinggalang@yahoo.co.id, a2rizal@yahoo.co.id hari minggu

23. Okezone : Redaksi@okezone.com

24. Bernas Jogja: bernasjogja@yahoo.com

25. Nabawia.com : redaksi@nabawia.com, cc: mubarak@nabawia.com

26. Indoleader.com : mygunawan@gmail.com

27. Koran Sindo : ranggarai@yahoo.com

28. Harian Nasional: bookreview@harian-nasional.com

29. Koran Pendidikan: koran.pendidikan@gmail.com

30. Suara Merdeka: swarasensi@yahoo.com tiap hari selasa

31. Kompas: kompas@kompas.co.id / kompas@kompas.com / opini@kompas.co.id / opini@kompas.com

32. Jawa Pos: opini@jawapos.co.id / ariemetro@yahoo.com

33. Koran Tempo: ktminggu@tempo.co.id / koran@tempo.co.id

34. Media Indonesia: redaksi@mediaindonesia.co.id / opinimi@yahoo.com

36. Kabar Madura: kabarsastrabudaya@gmail.com

37. Radar Malang: sastra.radarmalang@gmail.com

38. Tribun Kaltim: red.minggu@gmail.com

39. Koran Rakyat Jateng: budaya@rakyatjateng.com

40. Tribun Jateng: redaksi@tribunjateng.com dan tribunjateng@gmail.com

41. Kedaulatan Rakyat: resensikrm@yahoo.com

42. Koran Rakyat Sumbar: sastrasumbar@yahoo.com

43. Padang Ekspress: redaksi@padangekspres.co.id

44. Radar Madura: sastra_rm@yahoo.com dan jprmsasbud@yahoo.com

45. Majalah Auleea:majalah.auleea@gmail.com

46. Majalah Suluh Madura: obbath@gmail.com

Ini beberapa alamat media yang saya tahu, silakan bisa menambahi di komentar jika ada alamat media lain terima kasih J Nah, alamat media sudah tahu. Bagaimana cara ngirimnya? Jaman udah canggih, pake email dong. Kalau saya biasa make surat pengantar di badan email: Gini nih contohnya:

Email: radarsurabaya@yahoo.com

Subjek: Resensi Buku: Bulan Madu Murah Meriah di Tanah Air

Salam Sejahtera

Yth Redaksi Rubrik Resensi Radar Surabaya Di Tempat Bersama ini saya mengantarkan naskah Resensi saya Nama: Muhammad Rasyid Ridho Judul Buku: Amazing Honeymoon Judul Resensi: Bulan Madu Murah Meriah di Tanah Air Status: Pustakawan, Koordinator Klub Buku Booklicious, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang No Rek BNI cabang UMM an M.Rasyid Ridho 0202737477

no hp 085933138891

Karya-karyanya berupa cerpen, artikel, resensi, dan puisi juga dimuat di beberapa media offline maupun online, antara lain di Kompas, Kompas.com, Jawa Pos, Koran Jakarta, Radar Surabaya, Jeteng Pos, Malang Post, Republika, HArian Bhirawa,  Harian Surya, Metro Riau, Majalah Matan,  Majalah Gizone, Majalah Sabili, Koran Kampus UMM Bestari, Okezone.com, Annida online, Eramuslim.com, Analisisnews.com, Dakwatuna.com, Fimadani.com, Rimanews.com, Wawasanews.com, Wasathon.com, Minimagz Gen_M2. Dengan ini pula saya menyatakan karya saya ini asli karya saya (bukan plagiat) dan belum pernah dimuat di mana pun.Terima kasih atas perhatiannya, semoga berkenan dan bisa di muat di rubrik Resensi Radar Surabaya berikutnya. Senang sekali bila tulisan saya ini bisa dimuat di radar nomer satu ini, sekali lagi terima kasih. Salam sejahtera

 

Nah, subjek email tergantung mengirim ke media apa. Di atas ada beberapa media yang saya beri tambahan misal subjek: Perada bila di koran jakarta karena memang berbeda dengan yang lain yang cukup mengisi subjek dengan Resensi Buku.

 

Perlu diingat juga yang saya tahu tidak semua penerbit yang memberikan reward, kepada peresensi. Yang saya tahu yang memberi reward di antaranya, Mizan, Bentang, Tiga Serangkai, Diva Press, Gramedia Serambi, Zaman dan Noura Books. Silakan jika teman-teman punya buku baru beberapa penerbit yang saya sebutkan di atas. Bisa dicoba ditulis resensinya dan dikirim ke media.

Bagaimana cara menulis resensi buku? bagaimana cara melapor pemuatan resensi di media kepada penerbit? Buka link ini ya http://ridhodanbukunya.wordpress.com/2012/12/30/mau-dapat-buku-gratis-tulislah-resensi/ Selamat menulis resensi!:)

Keajaiban Facebook (sebuah review)

Judul : Facebook On Love
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Tahun Terbit : Juli, 2009
Jumlah Halaman : 274 Halaman

Sebuah kebiasaan saya ketika membeli buku, adalah menyampulnya terlebih dahulu karena saya merasa dan paham betul buku itu adalah aset yang berharga di dunia ini bahkan di akhirat. Dan juga menjadi kebiasaan saya adalah bukan menjadi pembaca pertama terhadap buku-buku yang saya beli itu, bisa ke dua, tiga, bahkan ke sepuluh, hehe. Kebiasaan yang aneh dan tentu kurang baik pula, saya mengakui itu. Tapi tidak semua buku yang saya beli, ya lebih banyak seperti itu. Dengan berbagai alasan kesibukan, jika saya ditanya mengapa belum baca dan di dahului oleh peminjam.
Begitu juga dengan cerita berikut saat saya memborong buku saat Munas FLP di Solo agustus tahun lalu. Kebetulan dari beberapa penerbit tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, karena memang Munas FLP adalah acara besar-besaran yang dihadiri oleh ratusan lebih anggota organisasi penulis Islam ini. Sehingga banyak buku-buku yang di jual dengan harga miring. Kesempatan juga buat saya sebagai pembeli untuk memborong. Lumayan banyak dari buku-buku agama sampai novel, dari ensiklopedi puasa, ‘ulumul qur’an, sampai facebook on love.
Setelah sampai di ma’had dan selesai di sampul. Banyaklah antrean untuk meminjam buku-bukuku, yang suka buku nonfiksi agama sampai pencinta novel. Termasuk buku facebook on love menjadi rebutan para langganan peminjam bukuku, khususnya akhwat ustadzah-ustadzah ma’had. Secara bergantian mereka membaca mengantri. Saya kurang tahu kenapa buku itu begitu diminati, apakah karena isinya yang menarik, atau ketertarikan pembaca pada pandangan pertama di karenakan judul atau cover yang menarik perhatian yang menyulut rasa penasaran atau?? Ah, saya tak tahu waktu itu apa penyebabnya karena memang saya si empunya buku belum baca buku itu, tapi perkiraan saya lebih karena judul yang memang cocok dengan masa facebook yang booming jadi permainan, pembicaraan dan penghabis waktu orang-orang. Dan buku itu baru kembali sekitar dua bulan kemarin dan saya baru membacanya kira-kira seminggu kemarin. Waktu itu orang yang mengembalikan mengatakan pada saya “ buku ini bagus yah” katanya, saya hanya menganggukkan kepala dan mengatakan ya “tok”, sudah cukup nggak banyak membahas ntar malah nggak nyambung takutnya, ntar ketahuan kalau belum baca atau lola, alah udahlah memang banyak komentar kalau buku ini bagus dan sarat hikmah dari langganan peminjam bukuku.
Dan untuk Ternyata setelah saya baca buku ini dari awal saja saya sudah mendapatkan pecutan untuk terus membacanya tanpa henti kalau bisa tanpa mengedipkan mata, hehe itupun kalau bisa. Memang dai awal cerita sudah membawa pembacanya untuk berfantasi di dunia facebook yang penuh misteri, hehe. Setelah sampai akhir membaca, subhanallah begitu sarat hikmah bro, benerr.
Bayangkan sebuah kisah cowok dan cewek yang bertemu di dunia facebook, pertemuan yang tidak di harapkan oleh si cewek yang bernama Dayana alias Dea. Pertemuan yang membuat Dea marah plus mangkel setengah mati kepada cowok yang bernama Fadli, alias hantu facebook yang sering dikatakan Dea pada Fadli. Nyaris akun facebook fadli di hapus dari friendlist Dea. Tapi tak pernah jadi, dan siapa sangka Dea yang lulusan luar negeri Amerika dan Australia di bidang Creative Writing mencari kerja dan mendapatkan kerja yang ternyata bosnya adalah Fadli musuhnya si hantu facebook.
Perseteruan sengit antara keduanya kali tak hanya di dunia maya tapi sudah memasuki alam nyata, sekalipun dikantor hal itu tetap terjadi. Ada saja yang membuat mereka berdua rebut yang akhirnya menjadi perhatian pertama seluruh penduduk kantor itu. Tetapi sekali lagi coba bayangkan ternyata dalam keributan yang hampir tiap hari itu malah menumbuhkan bibit cinta di hati Fadli pada Dea, bahkan itu bukan hanya menumbuhkan tapi menyuburkan karena bibit itu ternyata sudah ada dan tumbuh. Yang akhirnya Fadli menemukan dua bayi kembar dan meminta Dea untuk mengasuh bersama dan menikah, siapa sangka??
Namun ternyata hubungan mereka tak semulus yang di perkirakan, batu-batu penghalang dan rintangan menerjang. Karena terbuka rahasia hubungan gelap Fadli dengan istri orang, saat masih kuliah di Singapura dulu. Pernikahan mereka harus terluka karena itu. Dea tak kuasa menahan cemburu yang pasti membara dan Fadli pun gamang harus memilih siapa? Namun pada akhirnya dia sadar dia telah menikah dan berharap bisa kembali rujuk pada Dea. Di akhir kisah mereka kembali bersatu, dengan ending yang sangat menarik.
Saya banyak mendapatkan hikmah dalam buku ini, antara lain Pernikahan adalah suatu kejadian sakral yang di katakana separuh dien, dan begitu berat dalam menjalaninya. Berat dalam artian harus banyak belajar dan belajar, dari kehidupan dan buku-buku. Bagaimana kehidupan awal suami istri yang harus terjaga keharmonisannya. Bagaimana perawatan seorang bayi bahkan dua bayi sekaligus atau kembar, dan yang terakhir keajaiban facebook itu sendiri yang mampu menyatukan dua insan, hehe. Yang akhir-akhir ini facebook masih di bicarakan halal dan haramnya, apakah halal atau haram?? Menurut saya tergantung si empunya akun facebook akan memakai untuk kebaikan atau kejelakan, menyeru pada yang ma’ruf atau yang mungkar, dsb.
Terakhir untuk mba Ifa Afianty sebagai pengarang buku mantap ini, saya minta maaf karena baru bisa membaca dan mengapresiasikan buku yang saya beli hamper setahun ini, afwan banget mba. Dan di tunggu sekuelnya.. “Facebook On Love 2” khususnya salam dari pelanggan peminjam buku-buku saya.. hehe.. salam Facebookers..

23.04.2010, 23.04, in my jannah..

Kisah Romantika Abad Ini (sebuah review)

Judul : Galaksi Kinanthi
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Salamadani
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 438

“Sama denganmu ,bagiku Galaksi Cinta tidak akan pernah tiada. Ketika malam tak terlalu purnama, lalu kausaksikan bintang-bintang membentuk rasi menurut keinginan-Nya, cari aku di Galaksi Cinta. Aku tetap akan ada di sana. Tersenyumlah …Allah mencintaimu lebih dari yang kamu perlu.”

Berikut adalah cuplikan perkataan tokoh dalam novel galaksi kinanthi. Sebuah novel yang menceritakan Kinanthi, seorang anak miskin di sebuah desa dekat Gunung Kidul. Tak hanya itu dia harus menerima kenyataan, hidup di benci dan dipandang sebalah mata oleh orang lain, tentu dia menderita karena itu. Banyak hal yang menyebabkan dia harus di benci orang dan hidup menderita . Berawal dari ibunya yang dianggap baulawean ( setiap lelaki yang menikahinya pasti meninggal), kakaknya brandal di pasar, mbanya seorang lonthe, ditambah lagi bapaknya seorang tukang judi, lengkap sudah penderitaannya.
Namun walaupun begitu, ada juga yang masih memperhatikannya, mau berteman dengannya, menjaganya sekaligus tempat berbagi keluh kesahnya. Dialah Ajuj seorang anak rois (pemuka agama di desa). Hampir setiap malam, mereka memandangi bintang – bintang yang bertaburan di langit. Dan perkataan yang mengawali tulisan inilah kata-kata Ajuj, yang selalu diingat oleh Kinanthi.
Namun kebersamaan mereka hanya pada pada waktu kecil itu saja. Karena orang tua Kinanthi nekat menjual Kinanthi, di tukar dengan 50 kilogram beras kepada seorang pengusaha sukses di Bandung. Kinanthi harus rela tak bertemu Ajuj, begitupun Ajuj harus merintih pilu ditinggal pergi Kinanthi.
Di Bandung, Kinanthi merasakan kenyamanan hidup, tak seperti di desa yang serba sulit. Meski begitu ia masih merasa kesepian karena tak ada teman yang berteman dengannya, hanya ada satu yaitu Euis anak seorang pedagang di pasar. Akan tetapi persahabatan itu tak lama karena Kinanthi harus rela kehilangannya, Euis meninggal karena korban kekerasan kriminalitas diatas angkot saat dia pulang dari pasar, membantu ibu bapaknya. Kembali kesepian melanda Kinanthi namun tak berapa lama kakak kelasnya Gesit mendekatinya, akhirnya mereka berdua menjadi sahabat. Tetapi semua itu hanya akal-akalan Gesit, agar bisa merayu untuk berbuat hal tak senonoh. Tetapi perbuatan jahat Gesit itu dapat diatasinya, pemerkosaan itu gagal. Namun tak behenti disitu, kemudian Kinanthi dijual kepada calo TKI illegal. Akhirnya melanglang buanalah penderitaan Kinanthi, dari Arab Saudi, Kuwait, dan berhenti di Amerika. Berbagai macam penganiyaan dari majikannya, dipukul, ditendang, dipukul memakai pemukul baseball, hingga di perkosa. Akhirnya di Amerika dia bebas dan menjadi penulis sukses disana.
Namun kesuksesan itu belum menjadi kepuasan jika dia tak bertemu Ajuj, akhirnya dia pulang ke Indonesia. Tujuannya satu, untuk bertemu Ajuj. Namun pertemuan mereka hanya menjadi pertemuan beda dunia, yang saling canggung. Kinanthi telah sukses dan menjadi orang besar sedangkan Ajuj adalah rakyat biasa yang tak mau menjadi Rois pengganti ayahnya.
Begitulah isi singkat dari Novel Tasaro yang diangkat dari kisah nyata ini. Novel yang sangat apik, novel yang dia kelola dengan seluruh kemampuannya. Novel berisi nilai religiutas, sosial, namun mampu membuat haru biru karena begitu romantis. Jadi tak salah jika novel ini mendapatkan penghargaan sebagai karya fiksi terbaik saat Munas 2 FLP di Solo. Tak hanya itu, novel ini pasti akan terus melejit, dan mendapatkan award selanjutnya. Karena begitu mempesona isinya.
Saya juga berharap ini karya Indonesia yang akan mendunia, layaknya roman Romeo and Juliet, atau Laila Majnun. Karena, novel ini berlatarkan kisah romantika abad ini. Saya yakin Novel ini akan laris di pasaran. Tak hanya itu, sebagaimana harapan saya, hingga mendunia.

Menyisir Makna Kehidupan (sebuah review)

Judul : Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Publishing
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 427 Halaman

Hidup adalah misteri. Siapa yang tahu tentang hidupnya di dunia? Akan kaya atau miskin, akan bahagia atau menderita, akan lama hidupnya atau mati segera, tidak ada yang tahu. Begitupun kisah dalam novel ini, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, karya Tere Liye.
Sebuah novel yang menceritakan Ray, sebagai tokoh utama yang telah mencapai umur terakhirnya, sakit terkapar di atas ranjang. Kisah yang menuturkan kisah flashback hidupnya, di bimbing oleh seorang malaikat yang dalam novel ini Tere Liye menyebutnya dengan sebutan orang yang berwajah cerah dan menyenangkan, sebelum ia menemui ajal.
Dalam perjalanannya kembali menelusuri kehidupannya sejak dilahirkan hingga ia menjadi tumbuh dewasa dan seperti asalnya, tergeletak sakit di atas ranjang. Seorang Ray, menemukan banyak ceceran kisah yang tidak ia ketahui, kisah – kisah yang sangat berkaitan dengan hidupnya. Sejak ia tinggal di panti yatim piatu yang sangat ia benci dalam hidupnya, saat ia tinggal di rumah singgah yang memberikan harapan baru baginya, tentang persaudaraan, kekeluargaan, dan masa depan hidupnya, hingga akhirnya bertemu Plee yang ramah dan baik hati meski dia adalah pencuri cap jempol yang pernah Ray temui, dan yang paling mengejutkan Ray mengetahui ternyata Plee adalah salah satu orang dari komplotan yang membuat hidupnya menjadi yatim piatu, yang pada akhirnya harus mati dalam hukuman mati karena telah mencoba mencuri berlian termahal.
Sampai pada kehidupan Ray yang telah mendapatkan harta kekayaan, serta istri yang cantik jelita, tak terbilang lagi kebahagiaannya. Namun, belum sempurna kebahagiaan itu karena tak ada kelahiran bayi yang ditunggukan, hingga dua kali kegguguran istrinya dan ternyata sampai waktu itu juga ia tak mendapatkan momongan yang ia harapkan dan istrinya pun mati saat itu, lengkap sudah rasa kehilanganya. Dan iapun tak terelakkan untuk menyumpah serapahi Tuhan.
Akan tetapi setelah bagian ini, ternyata ia semakin sukses dalam bisnisnya. Dan harus jatuh sejenak kemudian bangkit kembali, sukses dan sukses. Namun ia tak merasakan ketenangan dan ketentraman.
Ya, dalam bimbingan seorang wajah menyenangkan inilah akhirnya ia mengetahui jawaban dari lima pertanyaan dalam hidupnya, Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?
Lima pertanyaan itu terjawab dengan ceceran kisah yang tak ia ketahui. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah novel ini. Tentang makna kehidupan, tentang hidup kita di dunia. Tak ada langkah yang hanya membuat lelah, tak ada peluh yang hanya membuat keluh, tak ada kebaikan kita yang sia – sia. Selamat membaca, selamat menyisir makna kehidupan. Begitulah hidup, hidup adalah misteri.

Desa Reformasi, 17.10, 17.01.10.

Ampuhnya Mantra Man Jadda Wajada (sebuah review)

Judul : Negeri Lima Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 420 Halaman

Pesantren seringkali di pandang sebelah mata. Banyak menyangka kehidupan dan pendidikan di dalamnya katrok alias jadul banget. Ya, itu memang benar jika hanya melihat dari luarnya saja, coba ketika telah masuk ke dalam kehidupan di dalamnya. Pasti akan menemukan aura yang beda dengan kehidupan luar pesantren.
Seperti kisah dalam novel karya Ahmad Fuadi ini, Negeri Lima Menara. Sebuah novel yang terinspirasi dari kisah nyata penulis, yang juga alumni dari Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur, yang terkenal itu. Fuadi bercerita tentang Alif tokoh utama yang berasal dari Maninjau. Bukittinggi, Sumatera Barat, dan kelima teman yang berbeda daerah dengannya. Atang dari Bandung, Raja dari pinggiran Kota Medan, Baso dari Sulawesi, Said dari Surabaya, dan Dul Majid dari Madura. Mereka menjalin persahabatan di sebuah Pondok Pesantren Modern di daerah Ponorogo Jawa Timur yang oleh Fuadi dinamakan Pondok Madani.
Meskipun tidak ada hubungan saudara, mereka yang berasal dari beda tempat bisa menjadi bak saudara yang ada hubungan darah. Itu semua terjalin karena keadaan pondok yang mengkondisikan untuk mandiri dan hidup sederhana. Jadi, memang harus di sadari hidup itu bersosial, tidak bisa hidup sendiri. Dan mereka berenam adalah santri yang selalu bersama, kapan pun dan di mana pun. Dari awal masuk ke pondok, saat pertama kali mendapatkan iqob (hukuman) dari Mudabbir (pengurus), hingga hari-hari di Pondok Madani yang sarat dengan konskwensi hukuman yang bertujuan sebagai pendidikan.
Sampai pada suatu saat mereka mendapatkan tempat berkumpul yang nyaman, santai, serta tak bising jika di gunakan juga sebagai tempat belajar, bisa sambil tidur-tiduran dan terlentang yaitu di bawah menara di depan masjid Pondok Madani yang besar.
Oleh karena mereka sering berkumpul di bawah menara, akhirnya mereka mendapatkan julukan Sahibul Manara (Orang yang punya Menara). Mereka merasakan suka duka di Pondok Madani, kemudian saling mencurhatinya di bawah menara itu, tak hanya itu di bawah menara itu mereka pun menyampaikan mimpi dan cita-cita mereka masing-masing.
Suatu saat Sahibul Menara berkumpul, Alif mengimajinasikan awan-awan yang di atas yang ia lihat adalah awan yang menunjukkan peta Amerika, beda dengan Alif, Raja yang mengimajinasikan awan-awan itu membentuk peta Eropa, Baso dan Atang beda pula mengimajinasikannya,mereka

melihat awan-awan itu membentuk peta Asia dan Timur Tengah, sedangkan Said dan Dulmajid tidak menggambarkan imajinasi mereka, mereka hanya menganggap awan-awan itu adalah Indonesia.
Begitulah mimipi-mimpi mereka, namun ternyata tidak mudah menjadi santri yang menuntut ilmu jauh dari orang-orang tercinta dan kampong halaman. Alif misalnya sebagai tokoh utama sekaligus pencerita, harus berusaha sekuat tenaga menahan keinginannya keluar dari pondok Madani, karena memang sejak awal tidak ada niatan untuk masuk Pondok Pesantren. Masuk ke pondok Madani adalah pilihannya ketika ia harus masuk MA (Madrasah Aliyah) setelah lulus dari sekolah agama (MTS) padahal keinginannya adalah masuk SMA, karena ia merasa cukup ilmu agama yang ia dapat, dan sekarang adalah waktunya mencari ilmu dunia, untuk mengejar citanya yaitu ingin menjadi The Next Habibi. Tapi, impian itu harus musnah, ketika Amak dan bapaknya menyuruhnya masuk sekolah agama lagi, akan tetapi ia memilih alternatif lain yaitu merantau jauh ke tanah jawa, tepatnya Ponorogo Jawa Timur, untuk menuntut ilmu. Jadi, intinya ia masuk Pondok Madani karena keterpaksaan.
Ketika tengah-tengah perjalanan hidup di Pondok Madani, Baso harus gugur dahulu. Karena ia harus mengurus neneknya yang tinggal sendiri. Tinggal berlima sahibul menara, di saat itu pula Alif harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri untuk tidak terpengaruh Baso untuk keluar dari Pondok Madani. Dan inilah ujian yang paling besar ketika Alif mendapatkan surat dari sahabat karibnya, Randai yang terlebih dahulu kuliah Universitas terkenal, ia kembali harus menahan diri agar tak berhenti di sini perjuangannya di Pondok Madani ini, karena waktu ia sudah mendekati finish kehidupan di Pondok Madani. Ia kembali menguatkan diri dengan mengingat betul kalimat yang perttama kali di pelajari saat masuk di Pondok Madani Man Jadda Wajada, yang kemudian ia beri nama Mantra Man Jadda Wa Jadda (Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan).
Maka ia pun memutuskan, untuk berjuang di Pondok Madani sampai hari kelulusan. Tekadnya telah bulat, dan akhirnya setelah lulus dari Pondok Madani ia mencapai cita-citanya untuk menginjakkan kaki di bumi Amerika. Begitupun teman-temannya Sahibul Manara pun mendapatkan cita-cita mereka. Selamat membuktikan ampuhnya mantra Man Jadda Wa Jadda.

16.03.10, Desa Reformasi

Memoar yang menggetarkan (sebuah review)


Judul                                  : “De Liefde” Memoar Sekar Prembajoen

Penulis                               : Afifah Afra

Penerbit                            : Afra Publishing

Tahun Terbit                    : Januari 2010

Jumlah Halaman            : 456 Halaman

Kesepian cinta akan hadir bila kita terjauhkan dari yang dicinta.  Apalagi terjauhkan dengan cara pengasingan, yang begitu rumit ceritanya. Begitu Sekar Prembajoen, dalam negeri pengasingan, walau di asingkan di negeri Belanda. Meskipun lebih teramat enak daripada interinan lain, perasaan getir dan was-was selalu datang tanpa di undang, lebih-lebih kekhawatirannya karena negeri tempat ia di buang cenderung mendoktrinnya dengan pemahaman liberal. Ia semakin tak tahan, ingin lari, tapi tak akan tersanggupi.

Sebuah kisah perjuangan Indonesia saat masa penjajahan Belanda. Tentu sangat pahit, ketika idelisme antara perjuangan dan cinta di pertaruhkan. De Liefde, sebuah kisah besutan Afifah Afra yang satu ini merupakan sekuel kedua buku De Winst yang lebih dulu terbit dan hasilnya best seller. Merupakan kelanjutan, buku sebelumnya kisah-kisah di dalamnya tetap mengisahkan tokoh-tokoh terdahulu, di tambah dengan tokoh-tokoh baru yang kemudian menjadi munculnya kisah-kisah dalam novel ini. Karena ini adalah sebuah novel memoar Sekar Prembajoen, jadi kisah pembuangannya di negeri Belanda mendominasi.

Mba Afra -sapaan akrab Afifah Afra- memang termasuk penulis yang sangat perhatian dengan epik kemerdekaan. Dari trilogy sebelumnya Bulan Mati di Javanese Orange, sampe yang terbaru ini. Semua berlatar epik kemerdekaan Indonesia, namun di Novel ini Mba Afra lebih menonjolkan idealisme yang harus di pegang teguh. Hampir sama dengan buku sebelumnya De Winst, yang juga menonjolkan ini. Namun, ramuan-ramuan cinta tetep ada tentunya, tetapi bukan cinta picisan yang ada dalam novel-novel biasanya. Cinta yang ada antara idealisme dan perjuangan kemerdekaan. Perjalanan prembajoen dalam pengasingan yang terasa berat walaupun dalam keadaan yang bisa di bilang enak. Sebuah Novel mantap dan menggugah, memoar yang menggetarkan, so jempol untuk mba Afra.

21.06.2010, KMI Al-Ishlah Office

Lagi-Lagi Facebok (sebuah review)

Judul : Facebook On Love 2
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Tahun Terbit : Cetakan Pertama ,Mei 2010
Jumlah Halaman : 286 Halaman

Fenomenal facebook semakin hari semakin cemerlang saja, Hampir seluruh penduduk bumi memiliki akun ini. Isu pemberitaannya juga juga bermacam-macam, dari yang mengharamkan sampai menghalalkan juga ada. Namun, seperti pendapatku terdahulu, halal dan keharaman Fb, ada di tangan pengguna akun itu sendiri.
Seperti novel facebook On Love berikut sekuelnya Facebook On Love 2, yang menceritakan tokoh-tokoh di dalamnya yang juga menggunakan akun facebook. Melanjutkan kisah sebelumnya, Masih dengan bahasa yang enak, ngepop banget. Dari permusuhan Fadli dan Dayana di halaman facebook, bahkan sampai sekantor antara bos dan bawahan, perdebatan sengit masih ada. Namun, siapa sangka semua itu berbuah pernikahan, setelah Fadli menemukan bayi kembar di dekat kantornya.
Facebook On Love 2, masih mengisahkan mereka dan kekocakan anak buah Fadli sekaligus teman setia Dayana, yang kemudian dinamakan Geng Tikus Pengerat (GTP). Mengisahkan pernikahan muda mereka, yang ternyata tak seperti apa yang mereka mimpikan sebelumnya. Rintangan dan tantangan yang membuat kekeruhan, dari semua kisah lalu Fadli dan bertemunya kembali Dayana dengan mantannya waktu SMA.
Rumah tangga yang di bina agar terus melangkah maju dengan kemesraan, harus terhiasi dengan keadaan-keadaan yang nyaris membuat mereka berpisah dengan kemakruhan. Namun, karena adanya kesetiaan dan pengertian rumah tangga ini masih utuh. Namun begitu, ujian demi ujian tak bosan mendatangi.
Kisah, yang menurutku sangat menarik. Dari novel ini aku merasa dekat dengan penulisnya, Mba Ifa Avianty. Sejak Facebook On Love yang pertama sampai sekuelnya. Semua sangat ngena padaku. Pokoknya, selain enak di baca, hikmah yang di dapat pun tak sedikit. Aku merasa dekat dengan beliau, walau belum berjumpa, dan tak mengenalnya dekat. Sekali Facebook On Love 2, sangat menarik cocok bagi anda yang ingin belajar tentang pernikahan muda, khususnya dengan keadaan sosial yang modern.
21.06.2010, Desa Reformasi, KMI Al-Ishlah Office